Rabu, 29 Desember 2010

Perjuangan Heroik, Nggak dari Sepak Bola Saja

Garuda Pancasila Di Dadaku!
Bagi para pencinta sepak bola, saya maklumi jika Anda semua kecewa dengan performa TIMNAS kita saat semua sesi pertandingan final AFF Suzuki Cup 2010. Oke, saya paham. Karena saya sesaat setelah melihat pertandingannya, saya juga geram. Sama halnya dengan geramnya Anda semua. Namun, saya orangnya nggak begitu suka dengan sepak bola (sejak kecil sih). Sehingga saya pun sempat bisa berpikir jernih.

Buat apa kita geram, marah, kecewa? 
Toh, semuanya sudah berusaha bukan? TIMNAS, pastinya telah serta merta berjuang menguras keringat. Lalu, memang kondisi saat itu tidak bisa dipungkiri bahwa kita terlanjur larut dalam euforia kemenangan beberapa pertandingan sebelumnya dengan angka fantastis. Bayangkan, dengan Malaysia sempat 5-1!

Pertanyaan yang saya ajukan kepada Anda, lalu mengapa Anda geram? Kepada siapa geram Anda akan ditujukan? Kepada TIMNAS? Nggak mungkin, karena TIMNAS itu bangsa kita. Toh, kita nggak bisa menyalahkan mereka. Kita mungkin sempat mencaci, "Wah, harusnya tadi tu gini, harusnya gini," dan seterusnya.

Kamis, 30 September 2010

Petani Indonesia Masih Miskin, Siapa Peduli? (bag.2-selesai)



Separuh lebih orang miskin adalah petani (tapi kadang2 ada juga petani yang punya mobil bejibun :D). Kondisi ini diperparah dengan sempitnya lahan tanam dan statusnya sebagai buruh. Padahal jika dilihat dari kacamata profesi, pekerjaan ini berasal dari nenek moyang. Dilihat dari sumber daya manusia, seharusnya petani saat ini harus lebih profesional. Artinya, jika profesi ini turun-temurun, harusnya ada banyak perkembangan dan peningkatan dari kualitas dan kuantitas. Namun ada saja pertanyaan yang muncul dalam benak saya. Jika SDM dan SDA pertanian sudah memadai, tetapi hasilnya masih rendah, pasti ada masalah.

Selasa, 28 September 2010

Petani Indonesia Masih Miskin, Siapa Peduli? (bag.1)

Dikutip dari kuliah Pancasila FT UGM, 21 September 2010. 
 Sumber gambar : antara-sumbar.com

Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini mencapai 5-6%. Angka tersebut merupakan angka pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Amerika saja, pertumbuhan ekonominya hanya berkisar 1 sampai 2 persen. Hal ini boleh jadi suatu awal yang baik untuk Indonesia ke depan.

Sabtu, 18 September 2010

Memahami Tingkah Laku Manusia

Kemarin, aku menonton film "3 Idiots" untuk kesekian kalinya. Menarik kemasannya. Penuh banyolan. Dikiranya adegan serius, eah malah ternyata plesetan, guyonan. 

Film ini buatan India. Dengan dibintangi Aamir Khan yang berperan sebagai Rancho. Itu awalnya, ternyata dia adalah Chotte, anak tukang kebun dari Keluarga Rancho. Bingung ya? Makanya puter sekarang filmnya. Hehe...

Nah, yang aku suka dengan film itu adalah banyaknya pesan-pesan untuk sistem pendidikan. Jadi, ada kritikan-kritikan pedas tentang bagaimana seorang guru seharusnya mengajar. Sebisa mungkin jangan menjadikan mesin atau robot yang harus mau kemana akan disetir. Tapi jadilah dirinya sendiri. Jadilah siswa itu sendiri. 

Masih banyak lagi pesan-pesan moral yang asyik dan enak untuk diikuti (apa karena di Indonesia, sistem pendidikannya memang seperti itu ya? Jadinya mendengar pesan-pesan itu langsung paham karena contohnya nyata di depan mata). 

Tetapi ada satu adegan yang cukup membuatku setuju juga. Aku pernah merasakannya, dan aku yakin pasti Anda juga pernah merasakannya. Adegannya adalah ketika mereka ujian tes sehabis mengurusi bapaknya Raju yang sakit. Setelah ujian selesai, pengumuman dikeluarkan. Ternyata Farhan dan Raju berada di peringkat bawah. Mereka mencari-cari nama Rancho tapi nggak ketemu. 

Akhirnya Farhan keluar dari kerumunan mahasiswa yang sedang melihat pengumuman itu dan berkata, "Hatiku remuk, bukan karena aku paling bawah, tapi karena temanku tidak lulus!"

Kemudian dia melihat si Chattur berteriak-teriak marah. Raju mendekati Farhan dan ikut duduk. Farhan bertanya, "Mengapa si Chattur marah-marah?"

Raju      : "Karena dia berada di peringkat dua."
Farhan : "Lalu, siapa yang pertama?"
Raju      : "Rancho."
Farhan : "Hah?"
 
Farhan terkejut. Dia bangkit berdiri dan berebutan untuk melihat pengumuman lagi. Benar, Rancho ada di urutan paling atas. Kemudian mereka kembali, dan sembari berjalan, mereka bergumam,
Kami memahami satu lagi tingkah laku manusia
Jika temanmu  gagal, kau akan merasa sedih!
Tapi jika temanmu menjadi yang terbaik.
Kau akan lebih sedih!
Haha, ungkapan itu ada benarnya. Aku pernah merasakannya. Memang, perkuliahan dan sekolah memberikan pelajaran-pelajaran informal yang harus disadari untuk bisa dimanajemen ke depannya. Seperti ungkapan itu, kita tahu bahwa kita harus mensyukuri atas segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Nah, caranya, kita coba lihat apa yang sudah kita dapat, prestasi yang telah kita dan teman kita raih. Setidaknya, perhatikan apa kekurangan dia yang kita tidak punya itu. Maka, rasa syukur akan berkembang dengan sendirinya. Semakin merenungkan itu semua, maka lidah dan mulut ini akan dengan entengnya mengucap, "Alhamdulillah, Subhanallah, Allahuakbar!"

---

Selasa, 14 September 2010

Aku Bangga Kuliah di UGM : Sejarah Heroik UGM

Sumber Naskah : Presentasi Sejarah UGM, Badan Arsip UGM.
Sumber Foto : Arsip Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Sketsa Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada pada awal pendiriannya.
Universitas Gadjah Mada lahir di tengah perjuangan kemerdekaan sebagai Universitas Perjuangan. Semua komponen dari UGM merupakan hasil jerih payah bangsa Indonesia sendiri, tidak ada campur tangan dengan penjajah. Saat itu, UGM merupakan satu-satunya universitas yang memakai gedung khusus buatan rakyat dan untuk Indonesia, bukan peninggalan penjajah. (bagian ini yang menjadi salah satu kebanggaanku bisa bergabung dengan UGM. Rakyat cinta UGM, UGM cinta Rakyat Indonesia!)

Kamis, 09 September 2010

Perumpamaan Seorang Mukmin Itu Seperti Lebah

Sumber Gambar : commons.wikimedia.org
Disadur dari Mas Herlambang Cipta Aji di sini.

Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih, dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya). (H.R. Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)

Demikianlah Rasulullah memberi nasihat bagi umatnya. Dalam tastqif ini, kita diajak memahami hadits ini secara lebih dalam lagi. Kenapa harus lebah, dan bagaimana aplikasinya dalam kehidupan kita sehari-hari? Selamat menyimak.

Kamis, 05 Agustus 2010

LPIR 2009, Sepenggal Kisah Kemenangan


Setelah sukses mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2009, aku masih tinggal di Hotel Ibis Bungur. Ketika itu hari minggu, semua anak OSN pulang ke kampungnya masing2, termasuk kontingen DIY. Nah, anak2 yang menginap di Ibis (anak matematika dan kebumian) dari DIY pulang semua pagi2 naik bis panitia menuju stasiun Gambir. Tanpa mengutarakan maksudku, aku tidak ikut dengan mereka.

Tapi barangkali sudah ada yang tau. Hehe... Sedih juga sih, melihat mereka pulang, sedang aku ditinggal sendirian di Ibis. Mana aku sudah check out lagi. Nggak mungkin balik ke kamar. Mana jatah konsum OSN sudah selesai lagi, nggak mungkin aku makan di restoran dengan gratis bebas sesuka hati.

Haduuh.. sabar yan. Ada kalanya pengorbanan itu menyedihkan. Tak apa. Akhirnya keputusan terakhir saat itu, aku buka buku peganganku dari Jogja. Berjudul "RANGGAWARSITA MENJAWAB TAKDIR". Buku yang inspiratif dan menjadi sumber bacaan utamaku saat itu.

Aku membaca mulai dari halaman pertama. Aku sudah berjanji untuk tidak membacanya ketika musim OSN karena pasti bakal mengganggu konsentrasiku di OSN. Buku itu terlihat punya pengaruh besar padaku ya? Jawabannya iya. Karena aku harus belajar banyak tentang Ranggawarsita.

Sambil membaca buku, aku beristirahat di lobby Ibis. Sesekali melongok jam dinding di ruang itu. Hem... sudah hampir 1 jam tidak terjadi apa-apa.

Rencananya sih aku dijemput pembimbingku, Mas Zainal namanya. Nah, menurut sms dari Mas Zainal, aku bakal dijemput beberapa menit lagi. Ya sudahlah. Ku lanjutkan membaca.

Plak! Kutepuk jidatku sendiri. Orang2 yang ada di lobby sempat kaget juga lalu menoleh ke arah ku. Biar apa kata orang. Ini namanya ekspresi. Hehehe... jujur wae, sebenere aku juga malu sih. Habisnya aku juga nggak sadar tadi kenapa nepuk jidat. Semacam refleks.

O iya, aku baru inget, aku belum mbuat berkas presentasi coba. Wah dodol banget kan? Apa2an. Langsung aja tanpa babibu, aku keluarkan laptop. Lagi2 orang2 pada nglirik ke aku. Terserah.

Ku buka file2. Ku coba membuat template. Wah, gimana nih, belum jadi. Padahal besok senin harus presentasi. Panik dong, secara, acaranya itu nggak main2. Di depan 12 dewan juri coba. Profesor Doktor lagi. Haduh2... itu yang keluar dari mulutku. Manusia memang suka mengeluh ya? Hihihi...

Lanjut yan. Kamu harus konsentrasi. Oke, halaman judul dah selesai. Lanjut ke materinya. Copas2 dari file aslinya. Beberapa menit kemudian, thiiin thiin. Ada klakson mobil berdering. Dari balik jendela, muncul wajah orang2 dalam mobil. Ku perhatikan, ada pembimbingku juga, Mas Zainal. Wah, akhirnya datang juga. Sekitar jam 12-an aku bereskan laptopku, bukuku, barang bawaanku.

"Dah lama ya? Hehe.. macet, tahu sendiri kan Jakarta." Kata Mas Zainal. Oke mas, jawabku. Perut ini sudah keroncongan. Makanan di restoran Ibis sudah tergolong haram untukku yang tak punya duit cash yang cukup. Hehe...

Akhirnya aku sudah berada dalam mobil itu. Berjalan pelan2 keluar dari halaman Ibis. Haah, akhirnya selesai juga. Yes musim OSN selesai! Ada senyum terkembang dalam pikiranku.

Lalu kami berbincang2. Oh ternyata ini mobilnya masnya Mas Zainal. Kakaknya berkeluarga di Jakarta. Wah enak ya kalo punya saudara dimana2, jadinya bisa backpakeran. Wkwkwk...

Akhirnya kami mampir ke warung Soto kayaknya (woh nganti lupa coba). Setelah beberapa mangkuk habis, perutku terisi, akhirnya kami cabut menuju Jakarta Selatan. Tepatnya di LPMP DKI Jakarta. Konon sih, tempat nginapnya itu lebih jelek dari Ibis. Selain banyak nyamuk, terkadang pelayanannya tidak seperti di hotel. Wah, wah, wah. Untung jauh2 hari aku sudah beli Autan (waktu itu nitip Ninda 3B pas di mall deket Ibis. Wkwkwk)

Nah, sampailah kami di LPMP itu. Bagi temen2 jogja, LPMP mirip dengan yang kemarin itu di Prawirotaman selatan jalan. Tapi tak apalah. Lagi2 butuh pengorbanan kan.

Nah, singkat cerita aku bergabung dengan tim DIY di sana. Ada Lisa Caroline dkk (Stece), Ezra Putranda (SMA 8), Nimas Hayu (SMA 8), Astri (SMA 8) dk. Wah ekslusivisme jogja kembali muncul euy. Ya iyalah, bahkan (lebaynya) anak2 Jogja tu ada rasa nasionalisme primordialisme yogyanisme yang kuat. Jadi serasa memiliki yogya sebenar-benarnya. Bener nggak sih?

Nah, akhirnya kami ikut serentetan acara di minggu itu. Berikut foto2 yang tercetak di kameraku. Oh ya, kami saat itu mengikuti tahap presentasi Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) 2009.