Jumat, 13 Januari 2012

Mahasiswa! (part 3-end)

Mahasiswa: Sumpah Pemuda, bukan Pemuda Sampah!

Banyak diperingati di beberapa tempat di Indonesia yakni tanggal 28 Oktober 2011 sebagai Hari Sumpah Pemuda. Hari itu adalah hari yang diyakini sebagai waktu sakral bagi Indonesia karena pada saat itu beberapa penggal sumpah diteriakkan bersama-sama oleh sejumlah pemuda Indonesia. Sumpah Pemuda merupakan hasil rumusan beberapa kali kongres pemuda. Adapun bunyi Sumpah Pemuda tersebut adalah 

SOEMPAH PEMOEDA 

Pertama 
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA 

Kedoea 
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA 

Ketiga 
KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA 

DJAKARTA, 28 OKTOBER 1928 


Sumpah Pemuda dituding-tuding sebagai salah satu perwujudan rasa nasionalisme pemuda terhadap tanah air. Hari ini, para pemuda Indonesia dituntut untuk bisa menghapal Sumpah Pemuda. Setelah berhasil menyimpan teks-teks Sumpah Pemuda ke dalam benaknya, acapkali para pemuda Indonesia sudah merasa bahwa mereka sudah menunjukkan rasa nasionalisme kepada tanah air. 

Padahal sekali-kali tidak hanya seperti itu saja. Jika paradigma pemuda masih seperti itu, bisa dikatakan bahwa mereka bukan tengah menjadi insan nasionalis melainkan pemuda sampah. 

Mengapa menjadi pemuda sampah di masyarakat? Kalau bukan sampah, bagaimana mereka bisa merusak kampus mereka sendiri? Bagaimana mereka bisa saling baku hantam? Tentu, tidak ada kata yang pantas untuk mereka kecuali sampah masyarakat. Lalu akan diapakan sampah tersebut? Ada dua kemungkinan. Sampah akan dibuang karena sudah tidak terpakai atau sampah akan didaur ulang agar bisa berguna lagi. Bayangkan jika asumsi ini diterapkan kepada mereka para sampah masyarakat dalam hal ini para pemuda yang salah menempatkan semangat mereka. 

Jika didaur ulang pun, akan melewati fase penghancuran terlebih dahulu untuk kemudian diolah menjadi suatu barang yang lebih baik dan bermanfaat. Penghancuran karakter buruk harus dilakukan pada para pemuda. Pada akhirnya, semangat yang meledak-ledak akan terarah untuk menghadirkan semangat positif. Secara otomatis, semangat postif akan menghasilkan energi positif. Setiap aksi membutuhkan energi. Jika energi yang tersedia adalah energi positif maka akan terbentuk aksi positif pula. Dengan serangkaian yang positif, para pemuda akan menghasilkan sesuatu yang positif. 

Cara menjadi pemuda yang positif dan berguna adalah salah satunya dengan berkompetisi. Memunculkan sikap kompetitif yang positif dan sehat akan memunculkan pola pikir yang inovatif, kritis, dan prospektif. Sudah banyak dari beberapa pemuda Indonesia yang mempunyai otak brilian yang berhasil menemukan banyak inovasi dan teknologi baru. 

Sudah banyak dari pemuda Indonesia yang menjadi jawara internasional. Mereka mampu bersaing dengan warga asing yang disebut-sebut sebagai ahli teknologi. Mereka dengan gigih mempercantik nama Indonesia di mata dunia. Mereka seolah menutupi masalah-masalah tidak penting di Indonesia. 

Sudah saatnya mahasiswa Indonesia mengubah diri dan membentuk karakter yang baru dan baik bagi Indonesia. Dengan meyakini bahwa peran mahasiswa sangat menentukan roda perjalanan bangsa, mahasiswa Indonesia harus meyakinkan diri untuk bisa memilih jalan mana yang terbaik. 

Tidak perlu berteoritis belaka. Sampai detik ini, coba masing-masing dari kita mengukur seberapa berguna kita sebagai mahasiswa menurut Tri Darma Perguruan Tinggi? Seberapa berguna kita sebagai mahasiswa yang punya rasa nasionalisme tinggi terhadap bangsa dan tanah air? Sampai pada pertanyaan terakhir, apa yang sudah kita persembahkan sebagai kewajiban kepada negara, bangsa, tanah air, dan masyarakat sampai kita sudah berani untuk menuntut hak? [***]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar yang sehat