Jumat, 06 Oktober 2017

Mainkan saja peran Anda!

Seringkah merasa suntuk dan bete, gegara apa yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan? Kalau sering, segera duduk dan renungkan: bahwa rencana Allah adalah yang paling baik, paling bermanfaat, karena Dia adalah Dzat sebaik-baik Perencana. Lalu mengapa gundah gulana menentang keputusanNya?

Cara move on-nya adalah, mainkan saja peran Anda. Sebagai anak, mainkan peran sebagai anak, tunaikan kewajiban sebagai anak, berperilakulah sebagai anak. Jika Anda sebagai ayah atau ibu, mainkan saja peran Anda sebaik-baiknya sebagai ayah dan ibu. Lalu, jika Anda seorang siswa atau mahasiswa, mainkan saja peran Anda sebagai siswa atau mahasiswa.

Maka tidak ada lagi alasan takut akan kegagalan, toh kegagalan hanya ada dalam kamus manusia. Kegagalan diukur dari adanya orang lain yang dianggap sukses dan kita tidak mampu menyerupainya. Betul bukan?

Sehingga, apapun yang terjadi pada diri Anda,
tetaplah Anda memainkan peran sebagai makhluk yang menghamba hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Ditulis di tengah rasa suntuk yang beberapa hari mendera, namun sekarang tidak lagi.
Yogyakarta, 16 Muharram 1438H

Kamis, 03 Agustus 2017

Mengurus SKCK di Polres Sleman


Pada beberapa waktu yang lalu saya menulis pengalaman mengurus surat-surat kesehatan sebagai salah satu syarat pendaftaran beasiswa. Berikut ini, saya akan menuliskan pengalaman saya mengurus Surat Keterangan Catatan Kepolisian alias SKCK.

Saya membutuhkan SKCK untuk mendaftarkan diri pada formasi dosen non-PNS di Universitas Gadjah Mada. Menurut daftar persyaratan yang saya terima memang tidak ada keterangan untuk kebutuhan SKCK. Namun, saya akhirnya memutuskan untuk membuatnya dengan dalih, (1) siapa tahu diperlukan, karena biar bagaimanapun SKCK dewasa ini merupakan kewajiban bagi para pencari pekejaan, (2) saya bisa latihan mengurusnya jika suatu saat harus mengurus dengan waktu yang mendesak, (3) saya sekarang punya cukup waktu luang... 😅

Akhirnya, saya bertanyalah kesana kemari, ke polsek, ke kelurahan dan kemudian saya tahu keribetannya dan cara terefektif bin legal untuk mengurus semuanya.

Saya harus mengurus SKCK di Polres Sleman. Kantor kepolisian yang saya tuju harus setingkat kabupaten karena untuk keperluan mencari kerja di tingkat pemerintah (baca: PNS), tidak boleh hanya sekadar Polsek (setingkat kecamatan). Selain itu, peralatan yang menunjang untuk SKCK di polsek juga mungkin tidak memadai.

Berikut langkah-langkahnya, mengurus SKCK di Polres Sleman (mungkin di polres lain berbeda kebutuhannya):

1. Hal yang harus disiapkan dari rumah:
- Surat pengantar dari Kantor Kelurahan (untuk mengurus ini, harus punya surat pengantar dari Dukuh* tempat tinggal Anda).
- Fotokopi KTP 2 lembar
- Fotokopi KK 1 lembar
- Fotokopi Akta Kelahiran 1 lembar
- Pasfoto Berwarna Background Merah 5 lembar
(Pasfoto yang digunakan untuk kepolisian harus berlatar merah, walaupun foto Anda pada KTP berlatar biru).
- Uang receh yang cukup (untuk fotokopi) dan Rp 30.000,00 pas (untuk SKCK).

2. Datang pagi-pagi ke Polres Sleman. Loket buka secara normal pukul 08.00 WIB, sebab pagi-pagi biasanya para petugas masih apel pagi. Namun, karena ini kantor yang melayani masyarakat umum, semakin pagi semakin baik karena terkadang antri cukup banyak.

3. Parkir motor di area parkir motor, atau mobil di halaman gedung (minta petugas parkir untuk mengarahkan).

4. Langsung menuju ke Bagian Sidik Jari (INAFIS) di sebelah selatan gedung pembuatan SIM. Di bagian ini, yang diperlukan adalah 1 lembar FC KTP dan 1 pasfoto merah. 
- Berikan dua hal itu kepada petugas. 
- Begitu diberikan, nanti Anda langsung diberi kartu formulir sidik jari. 
- Isi dengan sebisanya data-data yang diperlukan, termasuk ciri-ciri fisik Anda.
- Setelah selesai, baru dikumpulkan lagi ke petugasnya. 
- Tak berselang kemudian, akan dipanggil untuk dimintakan cap sidik jari. Ada petugas yang memandu itu sehingga jangan bingung.
- Selesai pengecapan, cuci tangan Anda dan kartu formulir akan diproses.
- Anda tinggal menunggu untuk dipanggil dan diberi Kartu Rumus Sidik Jari.
- Pada bagian ini, petugas akan mengatakan "biaya seikhlasnya", jangan beri apapun, cukup terimakasih. Menurut saya, ini termasuk pungli alias uang gelap yang saya temukan di Polres Sleman (walau berkedok seikhlasnya).

5. Lalu bersegeralah ke tempat fotokopi yang berada di sebelah utara gedung pembuatan SIM. Ada fotokopi di samping warung (kantin) kecil. Lokasinya persis di sebelah timur gedung ujian tulis SIM. Dari sini, siapkan 1 lembar fotokopi Kartu Rumus Sidik Jari.

6. Anda masih punya:
- Surat pengantar dari Kantor Kelurahan
- Fotokopi KTP 1 lembar
- Fotokopi KK 1 lembar
- Fotokopi Akta Kelahiran 1 lembar
- Pasfoto Berwarna Background Merah 4 lembar
- ditambah Fotokopi Kartu Rumus Sidik Jari 1 lembar

7. Bersegeralah ke bagian Pelayanan SKCK, yang terletak di gedung depan (sebelah barat parkir motor, dekat pintu gerbang masuk kompleks Polres - akan ada tulisan petunjuknya besar).

8. Begitu sampai di loket,
- Serahkan semua berkas yang Anda pegang tadi.
- Petugas akan memeriksa dan memberikan 1 bendel formulir dan biaya resmi sebesar Rp 30.000,00.
- Isikan secara lengkap sampai akhir, walaupun jawabannya "Tidak ada" atau "Tidak pernah".
- Serahkan kembali bendel formulir yang sudah terisi kepada petugas dan kemudian menunggu panggilan.
- Anda akan dipanggil untuk mendapat SKCK asli, dan akan diminta memfotokopi untuk legalisir sekalian.

Pada tahap ini, sebetulnya Anda sudah bisa pergi. Namun, tidak ada salahnya jika Anda melegalisir sekalian. Silakan menuju tempat fotokopi yang tadi dan kembali lagi ke Bagian Pelayanan SKCK.

Sekian.

*p.s. Untuk surat pengantar dari Dukuh, siapkan KTP dan KK untuk didata nomornya oleh RT/Dukuh.

Rabu, 12 Juli 2017

Mengurus surat sehat di RSUD Sleman - Juli 2017

Surat sehat ini biasanya digunakan juga untuk beberapa keperluan pendaftaran seperti pendaftaran beasiswa, calon pegawai negeri, atau pegawai di perusahaan-perusahaan yang cukup ketat persyaratannya. Hari Senin, 3 Juli 2017, saya mencoba mengurus surat sehat dari dokter untuk keperluan apply beasiswa LPDP. Saya kemudian googling untuk mencari informasi terkait, dan ketemulah dengan blog seseorang yang sangat membantu dengan pencerahannya di sini.

Si penulis blog sangat rapi dalam menceritakan pengalamannya mencari surat yang sama di RSUD Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lalu saya print saja halaman blognya, dan saya pegang untuk dipelajari dan menjadi panduan ketika di rumah sakit nantinya. Saya terhitung orang yang males untuk mengikuti birokrasi yang rumit dan tidak jelas. Rumit sih boleh, tapi kalau tidak jelas, saya mah ogah. Jadi, thanks untuk si empunya blog atas bantuannya.

Dijelaskan dalam blog tersebut bahwa untuk memenuhi persyaratan pendaftaran beasiswa LPDP atau lowongan kerja yang berbasis negara atau perusahaan swasta tertentu, surat sehat harus diterbitkan oleh rumah sakit pemerintah. Sepenangkap saya pada awalnya juga RSUP (Pusat)-lah yang dimaksud oleh persyaratan tersebut. Tapi si empunya blog sudah menelepon pihak LPDP, menanyakan apakah RSUD bisa juga atau tidak, dan ternyata bisa. Mengapa harus memilih RSUD daripada RSUP? Ada beberapa pertimbangan, namun yang paling penting adalah tentang biaya. Hehehe... biaya di RSUD Sleman jauh lebih murah daripada di RSUP Sardjito, Yogyakarta. Karena surat sehat ini tidak ter-cover oleh BPJS dan sejenisnya, maka biaya yang sedikit tinggi sudah bikin ngos-ngosan.

Oke, saya ceritakan proses pengurusan surat sehat versi saya di RSUD Sleman.
Pada intinya, ada tiga hal yang akan diurus:
(1) surat sehat jasmani-rohani, diurus di Klinik Jiwa
(2) surat bebas narkoba, diurus di Klinik Jiwa dan Laboratorium (uji urin)
(3) surat bebas tbc, diurus di Klinik Jiwa dan Radiologi (rontgen)


Berikut langkah-langkahnya. Cukup sederhana.
1. Persiapkan dari rumah: uang sekitar Rp 400.000,00 (dihitung per bulan Juli 2017, mungkin sudah berubah).

2. Datang ke RSUD Sleman Gedung Utara (bertingkat). 

- Silakan parkir di basement (akan diarahkan oleh Satpam RSUD).
- Menuju lobby gedung di Lantai 1 dan ke meja informasi.
- Anda akan ditanya oleh petugasnya: keperluannya apa dan apakah Anda pasien baru atau lama. Kalau lama, Anda harus menyerahkan kartu pasien. Kalau baru, Anda akan diberi formulir pendaftaran pasien dan diantrikan sebagai pasien baru. Karena saya belum pernah ke sana, maka saya mendaftar dahulu sebagai pasien baru, mengisi formulir 10 menit. Bawa formulir ke Ruang Pendaftaran.
- Ucapkan terimakasih dan pamit.

3. Lalu mengantrilah ke ruang selanjutnya, yaitu Ruang Pendaftaran.
- Tunggu nomor antrian Anda dipanggil.
- Jika nomor Anda disebut, perhatikan akan ke loket berapa Anda harus datang. Untuk pasien baru dan keperluan umum, biasanya ke loket 5.
- Antrian terkadang banyak, sehingga Anda harus menunggu agak lama. Saran saya semakin pagi, semakin cepat dan lebih baik.
- Ketika di loket, serahkan formulir Anda yang sudah diisi dan Anda akan ditanya lagi keperluannya apa. Silakan sebutkan dengan jelas. Kalau saya mengatakan bahwa saya akan memohon dibuatkan surat sehat jasmani-rohani, surat bebas narkoba, dan surat bebas tbc.
- Setelah Anda mengumpulkan formulir pendaftaran, Anda tunggu sebentar untuk disiapkan sebendel berkas dari petugasnya.
- Setelah petugasnya memberikan bendelan berkas yang baru, Anda akan diarahkan ke Klinik Jiwa yang terletak di sebelah selatan loket pendaftaran 5.
- Ucapkan terimakasih lalu pamit.

4. Di Klinik Jiwa
- Anda harus menyerahkan berkas yang diberikan petugas pendaftaran tadi ke perawat yang bertugas di dalam Klinik Jiwa. Ya, Anda harus masuk ke ruangan dengan mengetuk pintu dahulu. Pintu Klinik Jiwa memang secara otomatis tertutup.
- Anda akan diminta menunggu di luar ruangan dan duduk di tempat tunggu, untuk menunggu panggilan. Sekali lagi, lama waktu tunggu bergantung dengan banyaknya pasien yang mempunyai keperluan sama.
- Setelah nama Anda dipanggil, silakan Anda masuk ruangan Klinik Jiwa.
- Anda akan ditanya keperluannya, dan jawab saja dengan jawaban ketika di Pendaftaran tadi: surat sehat jasmani, rohani, bebas narkoba, bebas tbc.
- Anda juga akan ditanya surat sehat ini nanti untuk keperluan apa, dan silakan jawab sesuai keperluan Anda. Kalau saya saat itu menjawab untuk mendaftar beasiswa.
- Petugas di Klinik Jiwa itu akan menjelaskan bahwa akan ada 3 hasil surat:
(1) surat sehat jasmani sekaligus bebas tbc
(2) surat sehat rohani
(3) surat bebas narkoba

- Petugas akan membuat nota tagihan biaya, dan Anda akan diberitahu berapa biayanya. Saat saya mengurus itu, rincian biayanya adalah:
(1) Biaya Klinik Jiwa Rp 35.000;
(2) Biaya Klinik Umum Rp 25.500;
(3) Biaya Skrining napza Rp 23.000;
(4) Biaya Tes woodworth (tes rohani) Rp 43.000;

sehingga Total Tagihan Pertama adalah Rp 126.500.
- Anda akan diberikan nota tagihan tersebut bersama dengan beberapa berkas dan formulir.
- Anda bisa bayarkan Tagihan Pertama ini ke Bank BPD DIY yang terletak di Ruang Pendaftaran (terlihat jelas loketnya).
- Setelah membayar, Anda punya 3 pilihan mana yang akan diselesaikan dahulu:
(1) ke Bagian Radiologi (foto rontgen untuk TBC)
(2) ke Lab (uji urin untuk napza)
(3) kembali ke Klinik Jiwa (tes woodworth untuk tes rohani)


Pada prinsipnya, Anda bisa mengurus masing-masing secara bersamaan. Masing-masing juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Untuk hasil uji rontgen bisa jadi butuh waktu 2 jam, untuk hasil uji urin napza butuh waktu 1 jam, dan tes rohani butuh waktu 30 menit.

5. Bagian Radiologi
- Karena Anda meminta Surat Keterangan yang menjelaskan bebas TBC, maka Anda harus ke Bagian Radiologi yang letaknya di bagian selatan dari Ruang Pendaftaran.
- Sesampainya di meja registrasi Bagian Radiologi, Anda berikan saja berkas-berkasnya yang diberikan petugas dari Klinik Jiwa. Berkas yang diambil adalah surat rujukan foto rontgen.
- Anda lalu harus menunggu untuk dipanggil dan diberi struk nota tagihan baru (Tagihan Kedua) yang harus dibayarkan ke Bank BPD DIY dahulu sebelum foto rontgen, sebesar Rp 83.000.

Jika Anda membutuhkan Surat Keterangan Bebas TBC, Anda wajib foto rontgen di Bagian Radiologi dengan biaya tagihan tambahan yang akan Anda dapat ketika sudah di Bagian Radiologi (sekitar Rp 83.000). Namun jika surat sehat Anda tidak perlu ada keterangan bebas TBC, maka Anda tidak perlu foto rontgen. Demikian pula dengan keterangan bebas napza (jika menggunakan uji napza, maka akan dikenai biaya tambahan sebesar Rp 23.000 yang tadi). Contoh, jika Anda tidak memerlukan uji bebas napza dan bebas tbc, maka Anda cukup membayar Rp 103.500.
- Bayarkan Tagihan Kedua dari Bagian Radiologi ke BPD DIY.
- Kembali lagi ke Bagian Radiologi untuk menyerahkan nota lunas pembayaran Tagihan Kedua (nota khusus rontgen) kepada petugas di meja radiologi. Anda harus ingat, sebelum dibayarkan tagihannya, petugas tidak akan melayani pemotretan rontgen.
- Anda tunggu untuk dipanggil untuk rontgen. Sembari menunggu, Anda cek kembali bahwa Anda masih membawa beberapa berkas dan formulir dari Klinik Jiwa. Lebih baik Anda mengisi formulir pertanyaan skrining narkoba yang Anda bawa tersebut. Ada 28 pertanyaan kuesioner tentang penyalahgunaan obat.
- Anda dipanggil untuk pemotretan.
- Hasil foto akan jadi 2 jam kemudian.
- Karena waktu tunggu foto rontgen jadi cukup lama, lebih baik Anda mengurus uji urin untuk napza di Laboratorium yang lokasinya terletak di sebelah utara persis dari Loket Bank BPD DIY. Nanti Anda harus kembali lagi ke Radiologi untuk menanyakan hasil fotonya.
- Semua urusan di radiologi dan lab bisa diselesaikan secara bersamaan, tidak saling berkaitan. Jadi sehabis dari Klinik Jiwa, bisa ngurus di Laboratorium untuk uji urin dan tidak perlu menunggu sampai kelar sudah bisa ke Radiologi (rontgen) atau sebaliknya. Cara ini lebih efektif.

6. Laboratorium
- Sesampainya Anda di Laboratorium, letakkan berkas-berkas yang tersisa di rak keranjang yang bertuliskan "Pendaftaran".
- Anda akan dipanggil, dan diberi nota tagihan baru (Tagihan Ketiga) sebesar Rp 114.000 beserta botol wadah urin.
- Anda kembali ke BPD DIY dan membayarkan Tagihan Ketiga.
- Anda juga harus menyerahkan urin Anda dalam botol yang diberikan.
- Anda kembali lagi ke Laboratorium dan menaruh botol berisi urin ke keranjang "Tempat Urin". Sekarang waktunya menunggu lagi. Namun saya sarankan Anda untuk mengecek lagi ke Ruang Radiologi (rontgen), karena siapa tahu sudah jadi foto rontgennya.

Sebagai contoh hasil uji urin butuh waktu 1 jam, sedangkan foto rontgen 2 jam dari pemotretan.

7. Bagian Radiologi (lagi)
- Coba Anda tanyakan kepada petugasnya, siapa tahu foto Anda sudah jadi. Saya pernah coba tanya, ternyata punya saya sudah jadi satu jam lebih cepat dari waktu saya foto tadi.
- Jika sudah jadi, silakan Anda ambil hasilnya, mengisi buku pengambilan foto, lalu Anda pamit, dan berterimakasih.

8. Klinik Jiwa (lagi)
-Saya sarankan Anda sebelum ke Klinik Jiwa, Anda mampir ke Lab dan menanyakan apakah hasil Anda sudah jadi atau belum sebab mungkin saja hasil lab Anda sudah jadi tetapi saat nama Anda dipanggil, Anda masih di Bagian Radiologi. Kalau sudah jadi, silakan diambil, namun biasanya belum jadi.
- Pada tahap ini, Anda minimal sudah membawa foto rontgen thorax (dada) Anda.
- Karena uji urin belum keluar hasilnya, Anda bisa ke Klinik Jiwa untuk tes Woodworth dan wawancara.
- Bentuk tes Woodworth adalah kuesioner yang cukup banyak.
- Silakan diisi semuanya, dan jika sudah selesai segera kumpulkan kembali kepada petugasnya beserta kuesioner skrining narkoba.
- Anda akan diminta ke Lab untuk ambil hasil uji urin dahulu (itu jika tadi saat Anda mampir, hasil Lab belum keluar).

9. Laboratorium (lagi)
- Ini adalah kesekian kalinya Anda ke Lab, untuk menanyakan hasil uji urin.
- Jika belum juga jadi, Anda tunggu saja. Anda tidak punya tanggungan apa-apa lagi di bagian lain (karena rontgen dan tes rohani sudah selesai).
- Anda akan dipanggil dan silakan ambil hasilnya berupa lembar kertas berupa rangkuman hasil.
- Silakan pamit dan berterimakasih.

10. Klinik Jiwa (lagi)
- Akhirnya Anda sudah memegang hasil foto rontgen untuk TBC, hasil uji urin untuk bebas napza, hasil tes rohani.
- Anda akan diwawancara sedikit oleh dokter spesialis jiwa.
- Lalu dokternya memberikan acc di surat bebas narkoba dan sehat rohani.
- Lalu dokter menyerahkan sebendel berkas yang harus diserahkan ke Ruang General Check-Up (GCU) lantai 4, bersama hasil rontgen.
- Keluar dari Klinik Jiwa ini, Anda sudah memegang Surat Sehat Rohani dan Surat Bebas Napza. Simpan dua surat tersebut.
- Silakan pamit dan berterimakasih

11. Ruang GCU Lt. 4
- Bersegeralah ke GCU menggunakan lift.
- Ke GCU untuk minta surat bebas TBC (sekaligus berarti surat sehat jasmani).
- Tensi darah Anda akan diukur, dicek hasil rontgen dan denyut jantung sambil rebahan dan tarik nafas.
- Anda kemudian akan mendapat surat sehat jasmani (termasuk bebas TBC dalam 1 surat). Lengkap sudah semua surat yang Anda perlukan.
- Anda bisa pamit dan berterimakasih.
- Selepas ini sebetulnya selesai urusan Anda. Tiga (3) jenis surat sudah Anda pegang. Namun saran saya, sekalian saja membuat kopian terlegalisasi yang bisa diurus di Subbagian Umum lantai 5. Fotokopi RSUD tersedia di lantai 1.

12. Subbagian Umum Lt. 5
- Serahkan saja semua kopian kepada petugas yang ada.
- Akan dipanggil nama Anda, dan Anda diberikan legalisasi sebanyak yang Anda berikan tadi.

---
Sekian pengalaman saya mengurus surat sehat untuk beasiswa LPDP. Harapan saya, tulisan ini bisa membantu untuk teman-teman yang berminat untuk mengurus hal yang sama. Semoga bisa menjadi pertimbangan, khususnya tentang waktu. Semakin pagi datang, semakin cepat selesainya (walaupun pelayanan RSUD Sleman saat ini sudah sangat maju, mudah, dan dekat--hanya satu gedung).

Minggu, 02 Juli 2017

Extended family

Saya jadi teringat beberapa waktu yang lalu ngobrol dengan adik saya yang bernama Aldo di sebuah ruangan di Lab. Obrolan waktu itu temanya tentang pilihan antara lanjut sekolah S2 atau menjadi buruh di suatu perusahaan atau berwirausaha. Saya katakan pada Aldo bahwa jikalau memilih S2 pada akhirnya, jangan sampai sekolah S2 sebagai pelarian dari kenyataan bahwa tidak ada lowongan kerja atau malas berwirausaha. Jangan.

Lalu, obrolan mengalir pada satu hal yang membuat saya kepikiran akhir-akhir ini: extended family alias keluarga besar. Sebuah tatanan keluarga yang melebar tidak hanya sesempit ayah, ibu, dan saudara kandung namun juga merambah kepada suatu kelompok keluarga yang disebut trah atau bani.

Aldo: "Mas, extended family-ku rese. Nyebelin."

Yes, saya pun hampir seratus persen mengiyakan. Mostly memang seperti itu. Apalagi ke-rese-an itu akan makin menjadi-jadi tatkala suatu trah berkumpul. Mana ada yang nanya kabar IPK kek gimana, kapan lulus, udah kerja dimana, gaji berapa, mana pacarnya, kapan nikah, ngontrak rumah atau masih tinggal sama ortu, si istri udah isi apa belum, daaan masih buanyak lagi tanya-tanya yang sebenarnya meaningless. Kalau sudah tahu IPK, sudah tahu bahwa saya lulus, bahwa saya belum kerja, belum ada gaji, masih nge-jomblo, boro-boro nikah - ngontrak rumah - dan si istri hamil..., lalu si penanya bisa ngasih apa? Solutif juga enggak.

Tentang extended fam.
Benar juga memang, bahwa sebenarnya dari keluarga kandung kita yang kecil, ayah bunda dan saudara kita mengerti betul perjuangan kita, terseok-seoknya kita, jatuh bangunnya kita menyusun tugas kuliah, kerja sampingan ini dan itu...dan mereka memahami dan tidak banyak bertanya akan molornya kuliah, kecilnya IPK, dan sebagainya. Justru dari keluarga besar atau extended family kitalah yang menimbulkan friksi yang cukup menyayat hati. Okelah, anggap itu sebuah kewajaran. Namun, kembali lagi kepada esensi pertanyaan mereka. Tidak ada. Yang ada malah akan ada pembandingan dengan si A dan si B, lalu muncul kesombongan-kesombongan, dan merendahkan siapapun yang di mata mereka kalah sukses. Iya kan?

Guys,
sudah banyak yang memberikan nasihat-nasihat di media sosial tentang adab berkeluarga besar. Apa guna bertemu trah jika kehadiran masing-masing keluarga hanya untuk saling show off. Apalah arti "rindu dan kangen" yang dirasa sebelum berkumpul?

Bijak dan rendah hati. Sikap solutif yang saat ini dan selamanya jitu, untuk menjadi masing-masing anggota trah yang hangat.

Sabtu, 01 Juli 2017

Pasif.

/pa·sif/ - adjektiva 
bersifat menerima saja; tidak giat; tidak aktif
(http://kbbi.web.id/pasif)

Siapapun dapat bersifat pasif. 

Pasif adalah sifat representasif dari berbagai keadaan dan sebab. Pasif juga bisa merupakan sikap yang dipilih seseorang pada saat tertentu. Seseorang yang memilih sikap pasif bisa dikarenakan keadaan dan lingkungannya yang mendukung untuk itu, seperti contohnya ketika dalam sebuah perdebatan kusir, salah satu pihak kemudian memilih pasif.

Pasif juga bisa secara tidak sengaja terambil, karena seseorang mempunyai rasa malu yang berlebih. Kalau yang ini, sebetulnya sering dilakukan oleh orang-orang. Pun pada seseorang yang akhirnya pasif karena malu untuk memulai mengungkapkan perasaannya pada orang lain. 

Oleh sebab itu, karena pasif bukan lagi sifat bawaan, janganlah berprasangka bahwa seseorang yang pasif itu tidak berkemauan. Bisa jadi ia mempunyai keinginan yang sama dengan harapan kita.

Jumat, 30 Juni 2017

Tiga baris kalimat menghamba

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat,


 اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ
Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran,

 اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالبَرَدِ
Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin."
(HR.Bukhari 2/182, Muslim 2/98)

Doa istiftah ini terdiri dari 3 baris kalimat yang memposisikan seorang hamba pada perasaan menghamba sehamba-hambanya. Mengakui segala kesalahan, lalu memohon ampun dengan untaian perkataan yang indah. Kalimat-kalimat itu pun mengandung makna ketauhidan yang lurus, yang memohon kepada Allah, satu-satunya sesembahan yang haq untuk disembah. Pun dalam kalimat-kalimat tersebut, seorang hamba mengakui bahwa Allah adalah Rabb (Pencipta) segala sesuatu, berkuasa atas segala hal, seperti mencipta timur dan barat serta menjauhkannya, mencipta pakaian putih dan atas kehendak-Nya sajalah pakaian itu bisa bersih dari kotoran, dan mencipta air, salju, dan air dingin yang bersifat suci dan menyucikan.

Termasuk salah satu doa favoritku.

Catatan: Doa ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat fardhu. Doa ini adalah doa yang paling shahih diantara doa istiftah lainnya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (2/183) - (dinukil dari Yulian Purnama - muslim.or.id, 2011)

Senin, 24 April 2017

Faith

فَأَمَّا ٱلْإِنسَٰنُ إِذَا مَا ٱبْتَلَىٰهُ رَبُّهُۥ فَأَكْرَمَهُۥ وَنَعَّمَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَكْرَمَنِ
وَأَمَّآ إِذَا مَا ٱبْتَلَىٰهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَهَٰنَنِ

I fail to get something. In this time.

Dan ketika tersungkur, tersadari bahwa usahaku memang tidak banyak, doa pun pelit, sedang maksiat terus bertumpuk. 

Dan terparah, ketika dunia tidak terkejar, akhirat pun tertinggal oleh jalannya denting waktu.

Solusinya: taubat, bersabar dan perbaiki niat serta amal.

Senin, 20 Maret 2017

Berpesawat terbang

Pegunungan Alpen - dalam perjalanan Ahmad Ataka, sahabat saya
Perjalanan yang paling menarik bagi saya adalah naik pesawat terbang. Selain aktivitas bandara yang seringkali menyajikan suasana yang asyik, melihat keluar jendela dari dalam pesawat jelas sangat-sangat menyenangkan.

Lebih tepatnya trenyuh. Melihat rumah-rumah dan motor-mobil yang bergerak dari ketinggian, menjadikan perasaan ini makin kerdil.

Bahwa ternyata kita, manusia itu, sangat-sangatlah mungil dibanding pegunungan yang berserak, dibanding bentangan cakrawala langit yang berlapis, serta luasnya biru lautan.

Kita kecil. Tiny, gak lagi small.
Lalu atas alasan apa, manusia macam kita ini menjadi bertinggi hati?

Kamis, 26 Januari 2017

Sujud

Satu-satunya sikap badan seorang manusia yang menurut saya paling anggun adalah sujud. Wajah, terwakili oleh dahi dan hidung, harus menempel ke Bumi, bersamaan dengannya kedua telapak tangan, kedua lutut, dan jari-jemari kaki kanan maupun kiri. 

Sempurna. 
Sempurna sebagai wujud menghamba kepada Sang Pencipta.

Lalu doa apa yang teragung dalam sujud?
Subhana Rabbiyal a'la.
Mahasuci Tuhanku yang Mahatinggi.


Sujud mengalahkan segala keangkuhan manusia. 
Merendahkan segala tabiat tinggi hati. 
Memangkas setiap tunas kecongkakan.

Bagaimana tidak, kepala manusia yang berisi otak pikiran sombong harus direlakan untuk direndahkan serendah-rendahnya seraya memuji Sang Pencipta yang Mahatinggi.

Kurang sempurna dan anggun apa coba?

Selasa, 17 Januari 2017

12 Rajab 1412 H

Suatu hari tertanggal 11 Rajab 1412 sore,
Ummi (ibu saya) sudah mulai gelisah dan kesakitan karena kontraksi perut. Seorang jabang bayi rupa-rupanya sudah siap untuk memulai perjalanannya di dunia. Ummi lalu diantar Abah yang saat itu sudah 7 tahun berjuang bersama Ummi. Dalam kerumitan suasana waktu itu, Abah mengantar menggunakan sepeda ke Rumah Sakit Dr. Sardjito, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Begitu sampai di rumah sakit, qadarullah, rumah sakit sedang penuh pasien sehingga Ummi tidak mendapatkan kasur untuk istirahat. Ditunggulah hingga mendapat kepastian, akhirnya pihak rumah sakit justru menyarankan Abah untuk mencari kos-kosan untuk istirahat di luar rumah sakit. Dengan kesakitan yang semakin menjadi-jadi, akhirnya mereka memilih pulang.

Saya tidak tahu persis cerita Ummi tentang peristiwa itu. Segmen kisah yang saya dengar adalah perjuangan-perjuangan Ummi dan Abah yang sempat jatuh dari sepeda, lalu bermalam-malam untuk pindah dari rumah sakit ke rumah, dan masih banyak lagi yang pasti saya terlewat kisahnya. 

Yang pasti jelas, dari penuturan Abah, dengan penderitaan yang cukup lama, akhirnya Ummi melahirkan di bidan kampung dekat rumah pada tanggal 12 Rajab 1412 tahun Hijriyah selepas Shalat Jumat. Dengan peralatan bidan kala itu yang seadanya, maka lahirlah seorang bayi laki-laki sehat tak kurang suatu apa, ke dunia ini. Tunai sudah tugas jihad Ummi dari mengandung sekian lama hingga melahirkan bayinya.

Abah dan Ummi sangat bahagia dengan kelahiran anak keduanya itu. Mereka berharap agar anaknya itu kelak akan menjadi orang yang bermanfaat se-hakiki-nya kepada agama, masyarakat, dan bangsa. Mereka bercita-cita bahwa anaknya itu tidak akan menjadi pengganjal hidup usia senjanya kelak. Berbakti kepada orang tuanya adalah sebuah harapan yang ditaruh kepada anaknya itu.

Saya tidak terlalu paham betul dengan perjuangan Ummi dan Abah. Tetapi, saya begitu gemetar dengan cahaya muka Ummi dan Abah, yang begitu tulus dan perhatian dengan anaknya itu. Mereka berdoa semoga anaknya selalu mendapatkan restu dan rizqi yang selalu halal lagi baik.

Kepada anak mereka yang lahir di hari raya Islam nan berkah yaitu Jumat itu, mereka memberi nama Yan Restu Freski.
 Semoga apa yang mereka doakan, dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Aamiin.

Selasa, 10 Januari 2017

Asos.

Asos.
Saya mendengar pertama kali mungkin di saat masih SMA. Asing memang, panganan opoh kuwi. Asos, adalah singkatan dari anti sosial. Saya tidak tahu apakah istilah itu sudah EYD atau belum, namun ternyata mungkin sudah jadi salah satu label bagi seseorang yang menutup diri dari khalayak, baik disengaja maupun nggak sadar.

Dulu,
saat masih jaman SD, saya bukanlah anak yang suka di rumah. Gatal rasanya jika tangan itu tidak untuk pegang guthik, gatal pula jika kaki itu tidak untuk berlari. Ada saja permainan atau eksplorasi yang dilakukan saat itu bersama kawan-kawan. Bahkan mencuri tebu di sawah sebelah kampung, mengejar belut yang sembunyi di dalam lumpur di bawah teriknya matahari, atau main bola di sejuknya sore. Tidak ada masalah untuk semuanya itu. Jadi, nggak ada yang namanya asos.

Tapi,
semua berubah semenjak saya sekolah di SMP. Yah, walaupun sesekali masih saja sering nongkrong di angkringan tengah kampung. Namun saya pikir, saat itulah saya menjadi asos. Apalagi ketika masuk sekolah di kota saat SMA. Asos di kampung jadi nggak ketulungan. Kegiatan pemuda jarang ikut. Saya pun sebetulnya nggak bersengaja untuk asos. Cuma memang kegiatan di sekolah betul-betul mengasyikkan, sehingga lupa sama yang di rumah. Hehehe.

Namun saat kuliah ini,
saya mulai membaur lagi, ketemu kawan-kawan sepermainan di kampung lagi. Tapi paling pol untuk urusan laden hajatan tetangga. Selebihnya saya tetap tidak bergabung. Soalnya cuma nongki-nongki doang. Saya belum punya ide biar mereka nggak nongkrong saja.

Tentang asos,
saya lebih tertarik untuk asos di media sosial. Percayalah, bahwa saya adalah orang yang kuper dalam media sosial. Sejak jamannya mxit, friendster, lalu ke jaman facebook, twitter. Sampai sekarang ada teknologi Whatsapp, Line, Telegram, Instagram, dan entah apa lagi. Saya pernah punya media sosial hanya facebook, twitter. Tapi semuanya sudah tutup lapak. Hehe... Lagian itu dibikinkan temen juga. Malah ada yang bersedia jadi adminnya.

Saya pun,
akhirnya selektif dalam memilih grup di Whatsapp. Ada beberapa hal yang kemudian menyebabkan saya memutus beberapa grup. Saya keluar dari beberapa grup fundamental. Awalnya berat, tapi pada akhirnya, malah lebih enjoy. Perlahan saya menutup grup-grup dengan cara keluar dari grup tersebut dengan sopan. Sehingga, saat ini saya merasa menjadi orang yang baru. Eh, bukan baru sih, tapi menjadi orang yang hampir seperti dulu saat anak-anak. Dan ini menyenangkan.

#Tapi saya masih berharap bisa ber-whatsapp denganmu. Semoga sesegera mungkin ada alasan agar hal itu tidak lagi berdosa. :D

Jumat, 06 Januari 2017

Baru kurasakan,

Semakin ke usia sekarang, personifikasi diriku semakin menarik. Banyak kemudian tanggung jawab ditaruh di atas bahuku secara bertubi. Pun dalam benak mulai bingung dalam mengurai benang yang semakin ruwet. 
Sementara itu, waktu bergulir cepat. Bangun tidur, menyapa matahari pagi, aktivitas rutin, menumpuk masalah di kantor, rumitnya jalan dihadapi, begitu seterusnya, tak terasa waktu sudah sore dan malam menjelang. Pulang, lalu tidur. Seperti tiada habisnya. 
Ternyata, 
Perjalananku masih panjang yang harus ditempuh, bekalku masih sangat sedikit untuk digamit, namun waktu yang tersedia semakin sempit, makin menghimpit. 
Apa yang harus ku lakukan? 
Pilih hal yang bermanfaat, kerjakan dengan baik. 

Benar kata pak Ustadz, sesungguhnya tidak ada kesempatan berbuat maksiat bagi orang yang menyadari batasnya hidup alias maut.