Rabu, 12 Juli 2017

Mengurus surat sehat di RSUD Sleman - Juli 2017

Surat sehat ini biasanya digunakan juga untuk beberapa keperluan pendaftaran seperti pendaftaran beasiswa, calon pegawai negeri, atau pegawai di perusahaan-perusahaan yang cukup ketat persyaratannya. Hari Senin, 3 Juli 2017, saya mencoba mengurus surat sehat dari dokter untuk keperluan apply beasiswa LPDP. Saya kemudian googling untuk mencari informasi terkait, dan ketemulah dengan blog seseorang yang sangat membantu dengan pencerahannya di sini.

Si penulis blog sangat rapi dalam menceritakan pengalamannya mencari surat yang sama di RSUD Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lalu saya print saja halaman blognya, dan saya pegang untuk dipelajari dan menjadi panduan ketika di rumah sakit nantinya. Saya terhitung orang yang males untuk mengikuti birokrasi yang rumit dan tidak jelas. Rumit sih boleh, tapi kalau tidak jelas, saya mah ogah. Jadi, thanks untuk si empunya blog atas bantuannya.

Dijelaskan dalam blog tersebut bahwa untuk memenuhi persyaratan pendaftaran beasiswa LPDP atau lowongan kerja yang berbasis negara atau perusahaan swasta tertentu, surat sehat harus diterbitkan oleh rumah sakit pemerintah. Sepenangkap saya pada awalnya juga RSUP (Pusat)-lah yang dimaksud oleh persyaratan tersebut. Tapi si empunya blog sudah menelepon pihak LPDP, menanyakan apakah RSUD bisa juga atau tidak, dan ternyata bisa. Mengapa harus memilih RSUD daripada RSUP? Ada beberapa pertimbangan, namun yang paling penting adalah tentang biaya. Hehehe... biaya di RSUD Sleman jauh lebih murah daripada di RSUP Sardjito, Yogyakarta. Karena surat sehat ini tidak ter-cover oleh BPJS dan sejenisnya, maka biaya yang sedikit tinggi sudah bikin ngos-ngosan.

Oke, saya ceritakan proses pengurusan surat sehat versi saya di RSUD Sleman.
Pada intinya, ada tiga hal yang akan diurus:
(1) surat sehat jasmani-rohani, diurus di Klinik Jiwa
(2) surat bebas narkoba, diurus di Klinik Jiwa dan Laboratorium (uji urin)
(3) surat bebas tbc, diurus di Klinik Jiwa dan Radiologi (rontgen)


Berikut langkah-langkahnya. Cukup sederhana.
1. Persiapkan dari rumah: uang sekitar Rp 400.000,00 (dihitung per bulan Juli 2017, mungkin sudah berubah).

2. Datang ke RSUD Sleman Gedung Utara (bertingkat). 

- Silakan parkir di basement (akan diarahkan oleh Satpam RSUD).
- Menuju lobby gedung di Lantai 1 dan ke meja informasi.
- Anda akan ditanya oleh petugasnya: keperluannya apa dan apakah Anda pasien baru atau lama. Kalau lama, Anda harus menyerahkan kartu pasien. Kalau baru, Anda akan diberi formulir pendaftaran pasien dan diantrikan sebagai pasien baru. Karena saya belum pernah ke sana, maka saya mendaftar dahulu sebagai pasien baru, mengisi formulir 10 menit. Bawa formulir ke Ruang Pendaftaran.
- Ucapkan terimakasih dan pamit.

3. Lalu mengantrilah ke ruang selanjutnya, yaitu Ruang Pendaftaran.
- Tunggu nomor antrian Anda dipanggil.
- Jika nomor Anda disebut, perhatikan akan ke loket berapa Anda harus datang. Untuk pasien baru dan keperluan umum, biasanya ke loket 5.
- Antrian terkadang banyak, sehingga Anda harus menunggu agak lama. Saran saya semakin pagi, semakin cepat dan lebih baik.
- Ketika di loket, serahkan formulir Anda yang sudah diisi dan Anda akan ditanya lagi keperluannya apa. Silakan sebutkan dengan jelas. Kalau saya mengatakan bahwa saya akan memohon dibuatkan surat sehat jasmani-rohani, surat bebas narkoba, dan surat bebas tbc.
- Setelah Anda mengumpulkan formulir pendaftaran, Anda tunggu sebentar untuk disiapkan sebendel berkas dari petugasnya.
- Setelah petugasnya memberikan bendelan berkas yang baru, Anda akan diarahkan ke Klinik Jiwa yang terletak di sebelah selatan loket pendaftaran 5.
- Ucapkan terimakasih lalu pamit.

4. Di Klinik Jiwa
- Anda harus menyerahkan berkas yang diberikan petugas pendaftaran tadi ke perawat yang bertugas di dalam Klinik Jiwa. Ya, Anda harus masuk ke ruangan dengan mengetuk pintu dahulu. Pintu Klinik Jiwa memang secara otomatis tertutup.
- Anda akan diminta menunggu di luar ruangan dan duduk di tempat tunggu, untuk menunggu panggilan. Sekali lagi, lama waktu tunggu bergantung dengan banyaknya pasien yang mempunyai keperluan sama.
- Setelah nama Anda dipanggil, silakan Anda masuk ruangan Klinik Jiwa.
- Anda akan ditanya keperluannya, dan jawab saja dengan jawaban ketika di Pendaftaran tadi: surat sehat jasmani, rohani, bebas narkoba, bebas tbc.
- Anda juga akan ditanya surat sehat ini nanti untuk keperluan apa, dan silakan jawab sesuai keperluan Anda. Kalau saya saat itu menjawab untuk mendaftar beasiswa.
- Petugas di Klinik Jiwa itu akan menjelaskan bahwa akan ada 3 hasil surat:
(1) surat sehat jasmani sekaligus bebas tbc
(2) surat sehat rohani
(3) surat bebas narkoba

- Petugas akan membuat nota tagihan biaya, dan Anda akan diberitahu berapa biayanya. Saat saya mengurus itu, rincian biayanya adalah:
(1) Biaya Klinik Jiwa Rp 35.000;
(2) Biaya Klinik Umum Rp 25.500;
(3) Biaya Skrining napza Rp 23.000;
(4) Biaya Tes woodworth (tes rohani) Rp 43.000;

sehingga Total Tagihan Pertama adalah Rp 126.500.
- Anda akan diberikan nota tagihan tersebut bersama dengan beberapa berkas dan formulir.
- Anda bisa bayarkan Tagihan Pertama ini ke Bank BPD DIY yang terletak di Ruang Pendaftaran (terlihat jelas loketnya).
- Setelah membayar, Anda punya 3 pilihan mana yang akan diselesaikan dahulu:
(1) ke Bagian Radiologi (foto rontgen untuk TBC)
(2) ke Lab (uji urin untuk napza)
(3) kembali ke Klinik Jiwa (tes woodworth untuk tes rohani)


Pada prinsipnya, Anda bisa mengurus masing-masing secara bersamaan. Masing-masing juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Untuk hasil uji rontgen bisa jadi butuh waktu 2 jam, untuk hasil uji urin napza butuh waktu 1 jam, dan tes rohani butuh waktu 30 menit.

5. Bagian Radiologi
- Karena Anda meminta Surat Keterangan yang menjelaskan bebas TBC, maka Anda harus ke Bagian Radiologi yang letaknya di bagian selatan dari Ruang Pendaftaran.
- Sesampainya di meja registrasi Bagian Radiologi, Anda berikan saja berkas-berkasnya yang diberikan petugas dari Klinik Jiwa. Berkas yang diambil adalah surat rujukan foto rontgen.
- Anda lalu harus menunggu untuk dipanggil dan diberi struk nota tagihan baru (Tagihan Kedua) yang harus dibayarkan ke Bank BPD DIY dahulu sebelum foto rontgen, sebesar Rp 83.000.

Jika Anda membutuhkan Surat Keterangan Bebas TBC, Anda wajib foto rontgen di Bagian Radiologi dengan biaya tagihan tambahan yang akan Anda dapat ketika sudah di Bagian Radiologi (sekitar Rp 83.000). Namun jika surat sehat Anda tidak perlu ada keterangan bebas TBC, maka Anda tidak perlu foto rontgen. Demikian pula dengan keterangan bebas napza (jika menggunakan uji napza, maka akan dikenai biaya tambahan sebesar Rp 23.000 yang tadi). Contoh, jika Anda tidak memerlukan uji bebas napza dan bebas tbc, maka Anda cukup membayar Rp 103.500.
- Bayarkan Tagihan Kedua dari Bagian Radiologi ke BPD DIY.
- Kembali lagi ke Bagian Radiologi untuk menyerahkan nota lunas pembayaran Tagihan Kedua (nota khusus rontgen) kepada petugas di meja radiologi. Anda harus ingat, sebelum dibayarkan tagihannya, petugas tidak akan melayani pemotretan rontgen.
- Anda tunggu untuk dipanggil untuk rontgen. Sembari menunggu, Anda cek kembali bahwa Anda masih membawa beberapa berkas dan formulir dari Klinik Jiwa. Lebih baik Anda mengisi formulir pertanyaan skrining narkoba yang Anda bawa tersebut. Ada 28 pertanyaan kuesioner tentang penyalahgunaan obat.
- Anda dipanggil untuk pemotretan.
- Hasil foto akan jadi 2 jam kemudian.
- Karena waktu tunggu foto rontgen jadi cukup lama, lebih baik Anda mengurus uji urin untuk napza di Laboratorium yang lokasinya terletak di sebelah utara persis dari Loket Bank BPD DIY. Nanti Anda harus kembali lagi ke Radiologi untuk menanyakan hasil fotonya.
- Semua urusan di radiologi dan lab bisa diselesaikan secara bersamaan, tidak saling berkaitan. Jadi sehabis dari Klinik Jiwa, bisa ngurus di Laboratorium untuk uji urin dan tidak perlu menunggu sampai kelar sudah bisa ke Radiologi (rontgen) atau sebaliknya. Cara ini lebih efektif.

6. Laboratorium
- Sesampainya Anda di Laboratorium, letakkan berkas-berkas yang tersisa di rak keranjang yang bertuliskan "Pendaftaran".
- Anda akan dipanggil, dan diberi nota tagihan baru (Tagihan Ketiga) sebesar Rp 114.000 beserta botol wadah urin.
- Anda kembali ke BPD DIY dan membayarkan Tagihan Ketiga.
- Anda juga harus menyerahkan urin Anda dalam botol yang diberikan.
- Anda kembali lagi ke Laboratorium dan menaruh botol berisi urin ke keranjang "Tempat Urin". Sekarang waktunya menunggu lagi. Namun saya sarankan Anda untuk mengecek lagi ke Ruang Radiologi (rontgen), karena siapa tahu sudah jadi foto rontgennya.

Sebagai contoh hasil uji urin butuh waktu 1 jam, sedangkan foto rontgen 2 jam dari pemotretan.

7. Bagian Radiologi (lagi)
- Coba Anda tanyakan kepada petugasnya, siapa tahu foto Anda sudah jadi. Saya pernah coba tanya, ternyata punya saya sudah jadi satu jam lebih cepat dari waktu saya foto tadi.
- Jika sudah jadi, silakan Anda ambil hasilnya, mengisi buku pengambilan foto, lalu Anda pamit, dan berterimakasih.

8. Klinik Jiwa (lagi)
-Saya sarankan Anda sebelum ke Klinik Jiwa, Anda mampir ke Lab dan menanyakan apakah hasil Anda sudah jadi atau belum sebab mungkin saja hasil lab Anda sudah jadi tetapi saat nama Anda dipanggil, Anda masih di Bagian Radiologi. Kalau sudah jadi, silakan diambil, namun biasanya belum jadi.
- Pada tahap ini, Anda minimal sudah membawa foto rontgen thorax (dada) Anda.
- Karena uji urin belum keluar hasilnya, Anda bisa ke Klinik Jiwa untuk tes Woodworth dan wawancara.
- Bentuk tes Woodworth adalah kuesioner yang cukup banyak.
- Silakan diisi semuanya, dan jika sudah selesai segera kumpulkan kembali kepada petugasnya beserta kuesioner skrining narkoba.
- Anda akan diminta ke Lab untuk ambil hasil uji urin dahulu (itu jika tadi saat Anda mampir, hasil Lab belum keluar).

9. Laboratorium (lagi)
- Ini adalah kesekian kalinya Anda ke Lab, untuk menanyakan hasil uji urin.
- Jika belum juga jadi, Anda tunggu saja. Anda tidak punya tanggungan apa-apa lagi di bagian lain (karena rontgen dan tes rohani sudah selesai).
- Anda akan dipanggil dan silakan ambil hasilnya berupa lembar kertas berupa rangkuman hasil.
- Silakan pamit dan berterimakasih.

10. Klinik Jiwa (lagi)
- Akhirnya Anda sudah memegang hasil foto rontgen untuk TBC, hasil uji urin untuk bebas napza, hasil tes rohani.
- Anda akan diwawancara sedikit oleh dokter spesialis jiwa.
- Lalu dokternya memberikan acc di surat bebas narkoba dan sehat rohani.
- Lalu dokter menyerahkan sebendel berkas yang harus diserahkan ke Ruang General Check-Up (GCU) lantai 4, bersama hasil rontgen.
- Keluar dari Klinik Jiwa ini, Anda sudah memegang Surat Sehat Rohani dan Surat Bebas Napza. Simpan dua surat tersebut.
- Silakan pamit dan berterimakasih

11. Ruang GCU Lt. 4
- Bersegeralah ke GCU menggunakan lift.
- Ke GCU untuk minta surat bebas TBC (sekaligus berarti surat sehat jasmani).
- Tensi darah Anda akan diukur, dicek hasil rontgen dan denyut jantung sambil rebahan dan tarik nafas.
- Anda kemudian akan mendapat surat sehat jasmani (termasuk bebas TBC dalam 1 surat). Lengkap sudah semua surat yang Anda perlukan.
- Anda bisa pamit dan berterimakasih.
- Selepas ini sebetulnya selesai urusan Anda. Tiga (3) jenis surat sudah Anda pegang. Namun saran saya, sekalian saja membuat kopian terlegalisasi yang bisa diurus di Subbagian Umum lantai 5. Fotokopi RSUD tersedia di lantai 1.

12. Subbagian Umum Lt. 5
- Serahkan saja semua kopian kepada petugas yang ada.
- Akan dipanggil nama Anda, dan Anda diberikan legalisasi sebanyak yang Anda berikan tadi.

---
Sekian pengalaman saya mengurus surat sehat untuk beasiswa LPDP. Harapan saya, tulisan ini bisa membantu untuk teman-teman yang berminat untuk mengurus hal yang sama. Semoga bisa menjadi pertimbangan, khususnya tentang waktu. Semakin pagi datang, semakin cepat selesainya (walaupun pelayanan RSUD Sleman saat ini sudah sangat maju, mudah, dan dekat--hanya satu gedung).

Minggu, 02 Juli 2017

Extended family

Saya jadi teringat beberapa waktu yang lalu ngobrol dengan adik saya yang bernama Aldo di sebuah ruangan di Lab. Obrolan waktu itu temanya tentang pilihan antara lanjut sekolah S2 atau menjadi buruh di suatu perusahaan atau berwirausaha. Saya katakan pada Aldo bahwa jikalau memilih S2 pada akhirnya, jangan sampai sekolah S2 sebagai pelarian dari kenyataan bahwa tidak ada lowongan kerja atau malas berwirausaha. Jangan.

Lalu, obrolan mengalir pada satu hal yang membuat saya kepikiran akhir-akhir ini: extended family alias keluarga besar. Sebuah tatanan keluarga yang melebar tidak hanya sesempit ayah, ibu, dan saudara kandung namun juga merambah kepada suatu kelompok keluarga yang disebut trah atau bani.

Aldo: "Mas, extended family-ku rese. Nyebelin."

Yes, saya pun hampir seratus persen mengiyakan. Mostly memang seperti itu. Apalagi ke-rese-an itu akan makin menjadi-jadi tatkala suatu trah berkumpul. Mana ada yang nanya kabar IPK kek gimana, kapan lulus, udah kerja dimana, gaji berapa, mana pacarnya, kapan nikah, ngontrak rumah atau masih tinggal sama ortu, si istri udah isi apa belum, daaan masih buanyak lagi tanya-tanya yang sebenarnya meaningless. Kalau sudah tahu IPK, sudah tahu bahwa saya lulus, bahwa saya belum kerja, belum ada gaji, masih nge-jomblo, boro-boro nikah - ngontrak rumah - dan si istri hamil..., lalu si penanya bisa ngasih apa? Solutif juga enggak.

Tentang extended fam.
Benar juga memang, bahwa sebenarnya dari keluarga kandung kita yang kecil, ayah bunda dan saudara kita mengerti betul perjuangan kita, terseok-seoknya kita, jatuh bangunnya kita menyusun tugas kuliah, kerja sampingan ini dan itu...dan mereka memahami dan tidak banyak bertanya akan molornya kuliah, kecilnya IPK, dan sebagainya. Justru dari keluarga besar atau extended family kitalah yang menimbulkan friksi yang cukup menyayat hati. Okelah, anggap itu sebuah kewajaran. Namun, kembali lagi kepada esensi pertanyaan mereka. Tidak ada. Yang ada malah akan ada pembandingan dengan si A dan si B, lalu muncul kesombongan-kesombongan, dan merendahkan siapapun yang di mata mereka kalah sukses. Iya kan?

Guys,
sudah banyak yang memberikan nasihat-nasihat di media sosial tentang adab berkeluarga besar. Apa guna bertemu trah jika kehadiran masing-masing keluarga hanya untuk saling show off. Apalah arti "rindu dan kangen" yang dirasa sebelum berkumpul?

Bijak dan rendah hati. Sikap solutif yang saat ini dan selamanya jitu, untuk menjadi masing-masing anggota trah yang hangat.

Sabtu, 01 Juli 2017

Pasif.

/pa·sif/ - adjektiva 
bersifat menerima saja; tidak giat; tidak aktif
(http://kbbi.web.id/pasif)

Siapapun dapat bersifat pasif. 

Pasif adalah sifat representasif dari berbagai keadaan dan sebab. Pasif juga bisa merupakan sikap yang dipilih seseorang pada saat tertentu. Seseorang yang memilih sikap pasif bisa dikarenakan keadaan dan lingkungannya yang mendukung untuk itu, seperti contohnya ketika dalam sebuah perdebatan kusir, salah satu pihak kemudian memilih pasif.

Pasif juga bisa secara tidak sengaja terambil, karena seseorang mempunyai rasa malu yang berlebih. Kalau yang ini, sebetulnya sering dilakukan oleh orang-orang. Pun pada seseorang yang akhirnya pasif karena malu untuk memulai mengungkapkan perasaannya pada orang lain. 

Oleh sebab itu, karena pasif bukan lagi sifat bawaan, janganlah berprasangka bahwa seseorang yang pasif itu tidak berkemauan. Bisa jadi ia mempunyai keinginan yang sama dengan harapan kita.